Krisis Biaya Hidup di Inggris, Ramai Warga Tak Makan Hingga Ada Yang Jadi PSK

Sementara itu, kenaikan biaya hidup juga membuat ramai wanita Inggris memilih bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK) sejak awal Juni.

Mengutip data English Collective of Prostitution, jumlah perempuan yang masuk dalam bisnis prostitusi meningkat 1/3 angka biasanya karena biaya hidup yang tinggi.

“Krisis biaya hidup sekarang mendorong wanita menjadi pekerja seks dengan berbagai cara. Apakah itu di jalan, di tempat atau online,” kata Juru Bicara English Collective of Prostitution Niki Adams.

“Secara keseluruhan apa yang kami lihat adalah orang-orang datang ke pekerjaan itu dari tempat yang putus asa,” tambah Adams.

Ia pun memberikan contoh nyatanya seperti seorang ibu dengan empat anak, kini menjadi PSK pasca kehilangan uang dan tak masuk salah satu penerima bantuan tunai di Inggris yakni Universal Credit.

“Dia mulai melakukannya beberapa malam dalam seminggu di jalanan. Ini cukup untuk membayar setiap tagihan,” kata Adams.

Tak hanya Adams, CEO lembaga pendukung pekerja seks MASH, Annie Emery, juga mengakui hal serupa.

CEO itu mengatakan bahwa lebih banyak perempuan yang menghubunginya untuk menjadi PSK demi bisa hidup dan mendapatkan tempat tinggal.

Menurutnya, pandemi Covid-19 memang memperburuk kehidupan perempuan yang sudah berada dalam situasi sulit, ditambah perang Rusia-Ukraina yang membuat harga energi dan pangan meroket.

“Saat Covid-19 melanda, kami melihat kenaikan angka perempuan yang kehilangan pemasukan mereka hanya dalam waktu semalam, membutuhkan paket pangan darurat, yang diusir dari tempat tinggalnya, atau tak dapat melakukan isolasi,” kata Emery.

Ia juga mengatakan kenaikan biaya hidup di Inggris membuat beberapa kelompok dalam situasi sulit seperti pengasuh anak tak dibayar dan pekerja dengan kontrak nol/jam berada dalam situasi terjepit.

“MASH berdiri selama 30 tahun dan kami khawatir kami mulai kembali berhubungan dengan perempuan yang sebenarnya sudah lepas dari bidang pekerja seks bertahun-tahun lalu,” katanya.

“Jelas bahwa kesulitan finansial mereka membuat perempuan memiliki opsi yang terbatas,” tutup Emery.***