PR Siswa SD dan SMP Di Surabaya Dihapus, Jadi Pro Kontra Wali Murid

“Setuju untuk pendidikan karakter, karena anak saya full day pulangnya jam 15.00 WIB. Pendidikan karakter perlu sekali. Kalau dikasih PR itu waktunya tersita lagi, biar ada istirahatnya di rumah. Kemarin nggak ada PR,” jelasnya.

Begitu pula dengan Dadang warga Medokan Ayu. Ayah dari siswa SD Muhammadiyah 27 kelas 4 ini mengharapkan bebas PR ini membuat anaknya sedikit rileks.

“Setuju, kalau yang sekolah full day. Tapi kalau nggak full day dikasih PR nggak papa. Karena kasihan pulangnya sore,” ujar Dadang.

Sebelumnya Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya Yusuf Masruh akan menghapus PR pelajar SD dan SMP. Sehingga, waktu belajar anak hanya di sekolah.

Menurut dia, dengan penghapusan PR ini diharapkan siswa SD dan SMP bisa menggunakan waktunya untuk melakukan aktivitas lain. Seperti membantu orang tua hingga mengaji di Taman Pendidikan Al-Quran (TPA).

Sedangkan di sekolah, selain belajar akademik, juga akan fokus pada pembentukan karakter siswa. Seperti bagaimana cara mereka dalam menyelesaikan permasalahan dengan teman sebayanya.***