AFGHANISTAN – Lebih dari 1.000 orang tewas dan sedikitnya 1.500 mengalami luka, kata pejabat setempat.
Provinsi Paktika yang berada di tenggara Afghanistan merupakan wilayah yang paling terdampak. Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sedang berjuang untuk menyediakan tenda darurat dan bantuan makanan.
Namun, upaya penyelamatan terhambat oleh hujan deras dan hujan batu es.
Gempa paling mematikan dalam dua dekade terakhir, merupakan tantangan terbesar bagi Taliban, kelompok Islam yang kembali memperoleh kekuasaan akhir tahun lalu menggantikan pemerintah yang didukung oleh Barat.
Pusat gempa berada sekitar 44 kilometer dari kota Khost, dan getarannya terasa sampai ke Pakistan dan India. Dari kesaksian warga, getaran juga terasa di ibu kota Afghanistan, Kabul, dan ibu kota Pakistan, Islamabad.
“Sayangnya, pemerintahan sedang dikenakan sanksi, sehingga tidak mampu secara finansial untuk membantu rakyat, sejauh yang dibutuhkan,” kata Abdul Qahar Balkhi, seorang pejabat senior Taliban.
“Lembaga-lembaga kemanusiaan internasional sedang menolong, negara-negara tetangga, negara-negara kawasan, dan negara-negara dunia telah menawarkan bantuan mereka. Kami menghargainya dan menyambut baik.
“Bantuan perlu ditingkatkan ke skala yang sangat besar karena ini adalah gempa bumi dahsyat yang belum pernah terjadi dalam beberapa dekade.”
Jumlah orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan masih belum diketahui. Pekerja kesehatan dan relawan mengatakan operasi penyelamatan mengalami hambatan karena hujan deras.
Di wilayah terpencil, helikopter telah membawa korban-korban ke rumah sakit.
PBB dan lembaga bantuan kemanusiaan di negara tetangga Pakistan melakukan upaya bantuan kemanusiaan, termasuk pengerahan tim medis dan penyediaan obat-obatan.
Salah satu lembaga bantuan kemanusiaan, Intersos, mengatakan sudah siap mengirim tim kesehatan darurat di antaranya dua ahli bedah, seorang ahli anastesi, dan dua perawat.
Sebagian besar korban tewas akibat gempa ini berada di Distrik Gayan dan Barmal, Provinsi Paktika, kata seorang dokter kepada BBC. Seluruh kampung di Gayan dilaporkan telah hancur.
“Ada suara gemuruh dan tempat tidur saya mulai bergetar,” kata Shabir, seorang penyintas ke“Langit rumah berjatuhan. Saya terjebak, tapi saya bisa melihat langit. Bahu saya terkilir, kepala saya terasa sakit, tapi saya berhasil keluar.
“Saya yakin ada tujuh atau sembilan orang dari keluarga saya yang berada di ruangan yang sama dengan saya, sudah meninggal”.pada BBC.
Berbicara kepada BBC, seorang dokter di Paktika mengatakan tenaga medis termasuk di antara para korban.
“Kami tidak punya cukup orang dan fasilitas [kesehatan] sebelum gempa bumi, dan sekarang gempa telah merusak fasilitas yang kami punya,” katanya. “Saya tidak tahu berapa banyak rekan saya yang masih hidup.”
Komunikasi pascagempa mengalami gangguan karena kerusakan menara operator telepon seluler. Jumlah korban tewas kemungkinan terus bertambah, kata seorang wartawan setempat kepada BBC.
“Banyak orang tidak tahu kondisi dari anggota keluarga mereka, karena telepon mereka tidak berfungsi,” katanya. “Kakak saya dan keluarganya tewas, dan saya baru mengetahuinya setelah berjam-jam lamanya. Banyak kampung yang hancur.”
Afghanistan merupakan wilayah rawan gempa, karena lokasinya berada di kawasan yang aktif secara tektonik, melalui sejumlah jalur rekahan termasuk patahan Chaman, patahan Hari Rud, patahan Badakhshan tengah, dan patahan Darvaz.
Selama satu dekade terakhir sebanyak 7.000 orang tewas karena gempa di negara itu, menurut laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan. Rata-rata 560 kematian setiap tahun akibat gempa bumi.
Peristiwa terakhir adalah gempa bumi berturut-turut di bagian barat Afghanistan pada Januari lalu. Peristiwa ini menwaskan lebih dari 20 orang, dan menghancurkan ratusan rumah warga. Bahkan ketika belum dikuasai Taliban, layanan darurat Afghanistan disebar untuk menangani bencana alam – dengan beberapa pesawat dan helikopter untuk tim penyelamat.
Tapi belakangan, negara ini punya pengalaman kekurangan pasokan obat-obatan.
Menurut PBB, 93% rumah tangga di Afghanistan mengalami rawan pangan. Lucien Chriten dari Palang Merah, mengatakan “situasi ekonomi mengerikan” di Afghanistan berarti “mereka [keluarga Afghanistan] tak bisa menyediakan makanan di atas meja.
Gempa bumi dahsyat di Provinsi Paktika telah menyebabkan sedikitnya 1.000 orang meninggal dunia dan banyak orang terluka, kata pejabat Taliban, kelompok yang berkuasa di Afghanistan.
Kepala Penerangan Provinsi Paktika, Mohammad Amin Hazifi, mengatakan kepada BBC bahwa sejauh ini korban meninggal dunia mencapai 1.000 orang dan lebih dari 1.500 warga terluka.
Sejumlah badan bantuan PBB mengatakan, mereka berupaya secepat mungkin mengirim tenda-tenda darurat dan makanan.
Ratusan rumah yang terbuat dari tanah hancur. Para wartawan mengatakan, ratusan warga yang kehilangan rumah sekarang menghadapi badai dan hujan lebat, yang menyulitkan upaya bantuan.
Kepala Dinas Kesehatan, Hikmatullah Esmat mengatakan kepada BBC bahwa jumlah korban kemungkinan besar akan bertambah sebab rumah-rumah penduduk terbuat dari lumpur.
“Rumah-rumah runtuh. Di Afghanistan tidak ada bangunan dari beton. Mayoritas korban terluka karena tertimpa rumah. Jumlah korban meninggal dunia dan terluka terus bertambah,” katanya.
Foto-foto yang dibagikan di media sosial memperlihatkan orang-orang yang terluka diangkut tandu. Adapun sejumlah bangunan rumah tampak luluh lantak.
Gempa itu terjadi sekitar 44 km di tenggara kota Khost.
Guncangan gempa ini dirasakan hingga jarak 500km dari pusat gempa, menurut European Mediterranean Seismological Centre, seperti dikutip oleh Reuters.
Seorang warga setempat, Fatima, mengatakan gempa terjadi sekitar tengah malam.
“Anak-anak dan saya menjerit. Salah satu kamar kami hancur. Tetangga-tetangga menjerit dan kami pun bisa melihat kamar-kamar mereka,” ungkapnya.
Guncangan dirasakan di ibu kota
Warga lain di Paktika, Faisal, mengatakan rumah-rumah tetangganya hancur total.
“Ketika kami sampai di sana, kami melihat banyak korban meninggal dan terluka. Mereka menyuruh kami ke rumah sakit. Saya juga melihat banyak mayat,” kata Faisal.
Dilaporkan para saksi mata bahwa guncangan gempa itu dirasakan di ibu kota Afghanistan, Kabul, serta ibu kota Pakistan, Islamabad.
Tetapi, sejauh ini belum ada laporan mengenai korban di Kabul atau Islamabad, dan gempa hampir tidak menyebabkan kerusakan di sana, menurut BBC Urdu.
“Tadi malam ada gempa bumi hebat di empat kabupaten di Provinsi Paktika, yang menewaskan dan melukai ratusan warga negara kami dan menghancurkan puluhan rumah,” ungkap juru bicara pemerintah Bilal Karimi, dalam cuitannya di Twitter.
“Kami meminta semua lembaga bantuan untuk mengirim tim ke daerah itu sesegera mungkin untuk mencegah bencana lebih lanjut.”
Gempa bumi – yang melanda pada dini hari saat banyak orang tidur – adalah gempa berkekuatan 6,1 pada kedalaman sekitar 51 km, menurut Survei Geologi AS.
Gempa bumi dapat menyebabkan kerusakan signifikan di Afghanistan, khususnya di banyak wilayah pedesaan di mana banyak bangunan tempat tinggal yang tidak stabil.
Afghanistan juga rentan terhadap gempa, karena terletak di wilayah yang aktif secara seismik, melalui sejumlah jalur patahan, termasuk sesar Chaman, sesar Hari Rud, sesar Badakhshan Tengah, serta sesar Darvaz.
Dalam 10 tahun terakhir, lebih dari 7.000 orang meninggal dunia akibat gempa bumi di negara itu, ungkap Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Ada rata-rata 560 kematian dalam setahun akibat gempa bumi.
Source : https://www.bbc.com/indonesia/dunia-61891368