Fasilitas PM Inggris, Untuk Rishi Sunak Masihkah Berlaku?

JOURNALPOS – Perdana Menteri Inggris mendapatkan fasilitas rumah bergaya Georgian yang mewah di tengah London, ratusan staf, perjalanan pribadi, dan bisa bercakap-cakap dengan Raja setiap pekan.

Jabatan ini juga memberikan peluang kepada penyandangnya untuk melakukan hal-hal baik dan memperbaiki kehidupan banyak orang. Dan apapun yang terjadi, perdana menteri akan menorehkan nama dalam sejarah.

Namun di saat seperti sekarang ini, mengapa masih ada orang yang mau menempatkan diri dalam pemilihan pemimpin partai dan menjadi perdana menteri?

Pertanyaan ini diajukan oleh presenter BBC, Laura Kuenssberg, kepada seorang staf senior Downing Street. Respons yang diterimanya adalah, “Sejujurnya saya juga tidak tahu jawabannya.”

Pada daftar permasalahan yang harus segera diselesaikan oleh perdana menteri baru Inggris, hal teratas adalah permasalahan ekonomi yang sedang mendera negara itu.

Inggris sedang meluncur ke garis kemiskinan dan publik merasakan itu – atau seperti yang dikatakan oleh seorang menteri di kabinet, “Kita punya masalah yang sama seperti sebelumnya dan ditambah dengan krisis ekonomi.”

Kekacauan yang diciptakan oleh pemerintahan Liz Truss yang hanya bertahan 45 hari telah membuat Partai Konservatif – atau Tory – menjadi bagian dari masalah itu.

Keputusan-keputusannya, yang kemudian dengan cepat dibatalkan, telah menjadikan Inggris diperlakukan dengan brutal di berbagai bursa keuangan.

Akan ada lebih banyak keluarga dan pengusaha yang hidup lebih susah dan banyak dari mereka akan menyalahkan Tory atas kesulitan keuangan yang menghadang nanti.

Sunak akan punya lebih sedikit dana untuk dialokasikan ke kepentingan umum.

Badan kesehatan Inggris, NHS, telah kehabisan uang, begitu pun banyak sektor jasa untuk lansia dan orang-orang dengan disabilitas. Sektor pendidikan kesusahan mengejar ketertinggalan setelah Covid.

Sektor transportasi melemah. Ada pula masalah dengan pembangunan rumah-rumah. Belum lagi tantangan perubahan iklim dan ketersediaan energi. Daftar masalah ini bisa terus bertambah panjang.

Ada alasan mengapa Menteri Keuangan Jeremy Hunt mengatakan akan ada “keputusan-keputusan sulit”. Pemotongan akan terjadi, dan bukan hanya karena tingkat inflasi sedang tinggi-tingginya.

Di luar Inggris, dukungan negara ini untuk Ukraina tak perlu dipertanyakan lagi – tapi sejauh ini tak ada yang bisa mengatakan sampai kapan perang akan berlangsung, atau bagaimana akan berakhir.

Bagaimana Inggris dan sekutunya menghadapi China? Kemudian perselisihan dengan Uni Eropa tentang perbatasan Irlandia, sisa masalah yang dibawa Brexit, belum juga selesai.

Di atas kertas, perdana menteri yang baru harus punya kemampuan politik untuk setidaknya memulai menyelesaikan berbagai masalah itu, karena Tory memiliki suara mayoritas sangat besar secara proporsi di Parlemen.

Tapi segala permasalahan internal partai tersebut telah membuat “partai itu tak bisa diatur,” meminjam kata-kata seorang menteri di kabinet.***