Siapa Rishi Sunak? Mengapa Dia Mau Menjadi Perdana Menteri Inggris

JOURNALPOS – Mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak berada di urutan kedua, di belakang Liz Truss, pada pemilihan pemimpin Partai Konservatif yang berlangsung bulan lalu.

Dia muncul sebagai kandidat utama setelah mantan Perdana Menteri Boris Johnson mengumumkan tak akan turut bertarung. Sunak memiliki pendukung terbuka yang terbanyak di antara anggota parlemen Konservatif.

Dalam pemilihan sebelumnya melawan Truss, dia telah memperingatkan rencana pajak lawannya itu akan menenggelamkan perekonomian Inggris. Namun ia gagal meyakinkan anggota partainya dan kalah dengan 21.000 suara.

Orang tua Sunak bermigrasi ke Inggris dari Afrika timur dan keduanya berasal dari India. Sunak menjadi perdana menteri Inggris pertama yang berlatar belakang Inggris-Asia.

Lahir di Southampton, Sunak tumbuh dengan bersekolah swasta, kemudian menempuh pendidikan tinggi di Universitas Oxford, Inggris, lalu Stanford, Amerika Serikat.

Dia menjadi anggota parlemen pada 2015 dan meski hanya sedikit orang di Westminster pernah mendengar namanya, dia menjadi menteri keuangan pada Februari 2020.

Di masa awal jabatannya, dia sudah harus menghadapi pandemi dan menghabiskan banyak uang untuk menjaga keberlangsungan perekonomian, yang melambungkan popularitasnya.

Meski begitu, reputasinya sempat ternoda setelah adanya kontroversi soal pajak dari istrinya, dan tak lama dia juga didenda karena melanggar aturan karantina wilayah.

Untuk memenangi kursi perdana menteri kali ini, Sunak barus berhadapan dengan dua sosok besar lainnya.

Salah satunya adalah Boris Johnson – yang dipaksa lengser dari kursi perdana menteri oleh rekan-rekan separtainya sendiri.

Meski begitu, masih ada sebagian anggota Tory yang kecewa dia mundur – dan mereka meyakini sekarang adalah waktu tepat untuk Johnson kembali.

Salah satu pendukungnya di kabinet berkata, “dia penting untuk kita di 2019, dan dia penting untuk kita sekarang” – setengah bercanda mengatakan mereka sedang merancang “kebangkitan terbesar setelah Lazarus”.

Tapi bukan berarti ide ini dengan mudah diterima orang. Seorang mantan menteri berkata dengan khawatir, “Separuh dari Partai Tory akan kesal dan 90% warga negara ini akan kesal.”