Di bawah bendera PT Moringa Organik Indonesia (MOI), bersama istrinya, Titik Marwiyah serta kawannya, Bambang Hari Purwanto sebagai pengelola tanaman kelor di kampung ini, mereka serius membudidayakan kelor dan memberdayakan masyarakat setempat untuk ikut menanam dan mengolah hingga siap umtuk di konsumsi.
Sebelum memulai usaha kelor di Blora, Dudi sudah terlebih dahulu memiliki kebun kelor seluas ribuan hektar di Nusa Tenggara Timur (NTT). Namun karena ia asli kelahiran dari Pangandaran, Jawa Barat dan mendapatkan istri yang berasal dari Kunduran, Kabupaten Blora, pria berusia 52 ini memutuskan untuk tinggal menetap di Blora dan menggeluti dunia kelor di sini.
Pusat Informasi dan Pengembangan Tanaman Kelor Indonesia atau Puri Kelorina sebagai tempat wisata edukasi atau Pusat Pembelajaran Moringa Organik Indonesia, untuk masyarakat umum dan juga bagi para pelajar maupun mahasiswa yang ingin belajar mengembangkan serta membudidayakan Tanaman Kelor maupun hanya sekedar berkunjung, melakukan riset dan penelitian serta berwisata di Kampung Konservasi Tanaman Kelor ini.
Bahkan, tak jarang beberapa pengusaha dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Myanmar, Korea, negara-negara Afrika, Eropa hingga Amerika juga berkunjung ke Kampung Konservasi Tanaman Kelor ini, yang terletak di Desa Ngawenombo, Kecamatan Kunduran, Kabupaten Blora, Jawa Tengah hanya untuk belajar kelor dan pengolahannya.
Selain dapat menikmati hijaunya kebun kelor dan mengintip pabrik pengeringan daun kelor, beragam panganan dan minuman berbahan kelor disuguhkan pada pengunjung di Resto Puri Kelorina, seperti sayur asem, bothok, pizza, mi ayam, kue-kue kering, cokelat, jus kelor, kopi, dan teh, yang semuanya terbuat dari Tanaman Kelor atau Daun Kelor.