Krisis Ekonomi di Sri Lanka, Sejumlah Wanita Barter Hubungan Seks Dengan Makan

JOURNALPOS – Sri Lanka tengah mengalami kekacauan krisis ekonomi yang membuat negara tersebut menjadi bangkrut dan tak terkendali.

Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa bahkan melarikan diri ke negara lain karena tidak mampu mengendalikan kekacauan yang terjadi di negaranya.

Dilaporkan, imbas kekacauan krisis ekonomi dan kerasnya hidup di Sri Lanka membuat sejumlah wanita beralih profesi menjadi pekerja seks.

Mengutip media setempat The Morning, pekan lalu, mereka dilaporkan terpaksa melakukan itu demi mendapatkan makanan dan obat-obatan untuk keluarganya.

Data kelompok advokasi pekerja seks setempat, Stand Up Movement Lanka (SUML), mencatat kenaikan jumlah wanita yang menjadi PSK selama waktu krisis di Sri Lanka melonjak sekitar 30%.

Mayoritas disebut mereka para pekerja buruh yang berhenti bekerja dari industri tekstil di Sri Lanka.

Karena krisis ekonomi, banyak pesanan dari luar negeri yang hilang sekitar 10-20% yang membuat industri tekstil di Sri Lanka harus mengeluarkan sejumlah pekerja mereka.

“Kami mendengar bahwa kami dapat kehilangan pekerjaan karena krisis ekonomi di negara ini. Dan solusi terbaik yang dapat kami lihat saat ini adalah pekerja seks,” kata salah satu perempuan, dikutip The Morning, Kamis (28/7/2022).

“Gaji bulanan kami sekitar Rs 28.000 (Rp1,1 juta) dan maksimum yang bisa kami peroleh adalah Rs. 35.000 (Rp1,4 juta) dengan lembur,” tambahnya.

“Tapi melalui terlibat dalam pekerjaan seks, kami bisa mendapatkan lebih dari Rs. 15.000 (Rp624 ribu) per hari. Tidak semua orang akan setuju dengan saya, tapi inilah kenyataannya,” jelas sumber itu.

Mengutip laman yang sama, perdagangan seks berkembang pesat di lokasi yang dekat Bandara Internasional Bandaranaike Kolombo.

Wilayah itu diduga berada di bawah perlindungan dan peraturan polisi, di mana banyak wanita dipaksa tidur dengan petugas oleh nyonya rumah bordil sebagai pengganti ‘keamanan’.

Sementara laporan The Morning juga menyebutkan bahwa para wanita tersebut dipaksa untuk melakukan hubungan seks yang tidak aman atas desakan klien mulai dari akademisi hingga anggota mafia.